Rabu, 16 Desember 2015

Kreativitas I Komang "meja kayu Unik"



Nusa penida adalah daerah kepulauan. Dataran kering yang ditumbuhi aneka jenis kayu. Jenis kayu untuk bahan bangunan rumah tinggal. Ada beberapa jenis kayu yang ada di Nusa Penida. Kayu lokal maupun kayu yang sudah dikenal masyarakat luas. Jenis kayu lokal seperti kayu caplung, kasia, kayu klampuak. Jenis kayu seperti jati, mahoni, kayu nangka banyak ditanan di Nusa Penida. Masyarakat Nusa Penida lebih memanfaatkan kayu lokal untuk bahan bangunan. Terkadang juga membeli di toko kayu. Kayu-kayu lokal dirasa lebih awet kualitasnya. Dibandingkan kayu inport dari luar Nusa Penida. Harganya pun lebih mahal dibandingkan kayu lokal.
foto by gun
            Nusa Penida saat ini banyak sisa potongan bongkol (baca; batang paling bawah) pohon kayu yang tidak dimanfaatkan. Terbuang begitu saja, bahkan tak jarang dipakai kayu bakar oleh pemilik nya. Melihat situasi seperti itu I Komang Arta (37 th) Warga Ds. Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung-Bali. Mempunyai ide kreatif untuk memanfaatkannya.  Komang sapaan akrabnya. Berpikir untuk membuat meja dan kursi. Komang meminta kayu sisa/bongkol dari warga tetangga. Meja dan kursi awalnya dibuat untuk kepentingan pribadi di rumahnya. Meja dan kursi dibuat Komang mengikuti pola dan setruktur dari kayu yang ada. Meja kayu yang dibuatnya antik dan terlihat alami. Banyak orang yang main ke rumahnya dibuat penasaran. Bagaimana ia bisa membuatnya. Beberapa orang memesan meja dan kursi buatan nya karena unik seperti meja alam. Dari situlah I komang Arta termotivasi untuk terus membuat meja dan kursi dari bongkol sisa kayu potongan.
Halaman belakang rumah seluas setengah are, dimanfaatkannya.  Dipakai tempat untuk membuat meja dan kursi. Dua tahun sudah ia melakoni pekerjaan ini. Lebih dari 25 pasang meja terjual. “Ini tidak menjadi pekerjaan pokok. Pekerjaan sampingan disela sela rehat dari rutinitas saya sebagai seorang petani di nusa penida.” Tutur I Komang Arta. Disela kesibukannya mengecat meja dan kursi kayunya. Satu set meja terdiri dari meja dan dua kursi memanjang. Panjang normal meja 120 cm x 50 cm dengan tebal 5 cm. Ukuran meja normal ini dijual dengan harga dua juta sampai tiga setengah juta. Harga meja yang ditawarkan beragam. Tergantung tebal meja dan jenis kayu yang diminta pembeli. Ada salah satu pembeli memintanya membuat meja dari kayu jati. Dipernis memakai cat tahan bakar putung rokok. Dihargai lebih mahal dari harga standarnya.
            Pelanggan Komang saat ini cuma sekitaran Nusa Penida. Walaupun demikian Komang merasa kewalahan. Karena banayak nya pesananan. Komang mengerjakan sendiri mulai dari mengambil kayu dari hutan. Sampai peroses kayu itu menjadi meja. Sekarang ia mulai berpikir untuk bagaimana mencari modal. Memasarkan meja kayu unik miliknya. Sempat ia berpikir untuk mencari dana ke bank namun ia masih pikir pikir. “Takut tidak bisa membayar kredit dikemidian hari.” Ujarny. Komang berharap usahanya bisa berkembang. Hubungi Komang di No tlp. 085339448347 jika ingin memesan meja kayu antik.

Selasa, 19 Mei 2015

Pesona Pasih Uug/ Broken Beach


Pasih Uug atau nama tenarnya Broken Beach merupakan pantai yang terletak di sebelah barat pulau Nusa Penida. Tepatnya terletak di Banjar Sompang, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida. Dari Pelabuhan Nusa Penida Kurang lebih empat puluh lima menit jarak tempuh, menggunakan sepeda motor.
Tidak begitu sulit akses menuju Pasih Uug. Setiap desa yang kita lalui ada petunjuk jalan. Penduduk sekitar juga ramah-ramah. Tidak segan memberi petunjuk apabila kita mau bertanya. Banyak rintangan yang akan kita lalui untuk menuju ke pantai ini. Seperti jalan rusak, banyak lobang dimana-mana. Mendekati panati sekitar sepuluh kilometer jalan nya belum diaspal. Cukup melelahkan memang menuju ke pantai ini.

Ketika sampai di pasih Uug semua rasa capek dan lelah akan terbayarkan. Bagaimana tidak, kita akan terpesona dengan pemandangan sekitar pantai. Mulai dari hamparan air laut yang begitu tenang. Batu bolong sebai ikon pantai ini terlihat begitu unik, Ada juga kubangan yang menyerupai kolam, yang bisa kita gunakan sebagai tempat untuk berenang. Tidak cukup di sini saja pantai ini menawarkan keindahannya. Kalau beruntung kita bisa melihat pari manta yang berenang-renang dan beberapa ikan lain.


Ayo buktikan sendiri keindahan nya teman-teman dengan datang langsung ke Nusa Penida.

Kamis, 02 April 2015

Asal-Usul & Perkembangan Tenun Cepuk Nusa Penida

    Kerajinan kain Tenun Bali sudah terkenal ke seluruh Indonesia bahkan mancanegara, masing-masing kabupaten memiliki motif kain yang unik dan khas seperti yang terdapat di Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kain tenun khas Desa Tanglad ini bernama Kain Tenun Cepuk. Kain Tenun Cepuk merupakan kerajinan khas Desa Tanglad, yang berasal dari nenek moyang dan diwariskan secara turun-temurun. Hingga saat ini, kerajinan kain Tenun Cepuk masih dapat kita jumpai di Desa Tanglad, Desa Karang Gede, dan beberapa desa yang ada di Nusa Penida.
Peralatan Tenun Cepuk Tradisional
Asal usul nama kain Tenun Cepuk itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni ‘Cepuk’ yang berarti Kayu Canging. Kayu Canging merupakan jenis tumbuhan yang cocok digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain tenun. Berdasarkan sejarah tersebut nama kain Tenun Cepuk menjadi brand dari kain tenun khas Desa Tanglad. Keberadaan kain Tenun Cepuk tidak hanya dipakai saat melaksanakan persembahyangan saja, namun kain ini juga dipakai dalam upacara agama tertentu.
Kain Tenun Cepuk terdiri dari beberapa jenis, dan masing-masing jenis tersebut memiliki kegunaan yang berbeda dalam upacara agama, sebagai berikut:Cepuk Ngawis, kain tenun yang dipakai saat upacara pitra yadnya (ngaben). Cepuk Tangi Gede, kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan adiknya meninggal (upacara ngaben). Cepuk Kurung, merupakan kain Cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa. Pada awalnya jenis Tenun Cepuk tersebut digunakan bukanlah sebagai pakaian luar, melainkan digunakan sebagai ‘tapih’ yakni kain yang digunakan sebagai lapisan terdalam sebelum menggunakan pakaian luar. Sangat menarik mengingat kini Tenun Cepuk sangat digemari dengan harga yang tidak murah.
Peralatan Tenun Cepuk Semi Tradisional
Perkembangan jaman juga mempengaruhi tingkat peralatan yang digunakan dalam membuat tenun Cepuk. Dulu orang-orang masih menggunakan alat tenun sederhana yang namanya “Papan Cegcegan”. Diberi nama papan Cegcegan karena menggunakan dua buah papan berbentuk balok yang berlubang di bagian atasny sebagi tempat menaruh benang untuk membuat tenun cepuk. Dan bunyi papan ketika dihentakkan pada saat merapatkan benang sehingga benang satu dan yang lain menyatu. Pada saat ini peralatan tenun Cepuk sudah mulai berkembang, ukuran nya juga lebih besar disbanding dengan tenun yang lama. Tingkat kecepatan dalam menyelesaikan selembar tenun, lebih baik alat tenun semi tradisional. Alat lama membutuhkan waktu lima hari, sedangkan alat Semi Tradisional  hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Dengan ukuran selembar kamen 200 x160 cm. Dari segi kualitas antara alat tradisional dan semi tradional hasilny sama, sesuai dengan kemampuan penenunnya.
Di desa Tanglad saat ini pengerajin Tenun Cepuk hanya membuat dua jenis saja, Yaitu tenun cepuk jenis Alam dan tenun cepuk jenis Kimia. Dinamai Cepuk Alam karena bahan pewarnanya terbuat dari  bahan alam, seperti serat kayu, beberapa dari bunga kayu yang tumbuh liar di nusa penida. Kalau tenun Cepukjenis Kimia memang pewarnanya dari bahan kimia yang dibeli di pasaran.
Untuk harga kedua jenis tenun Cepuk ini memang berbeda. Jenis alam mencapai harga empat juta rupiah per lembarnya sedangkan yang jenis kimia saat ini masih kisaran lima ratus ribu rupiah( bisa kurang/lebih).

By Gunawan

Minggu, 29 Maret 2015

Penjualan Anjlok, Pengerajin Rangrang Alih Profesi

Rangrang telah menjadi kain tenun khas Nusa Penida. Pada tahun 2013 sampai dengan 2014 kain rangrang mengalami masa jayanya. Penjualan kain dengan berbagai motif rangrang laris manis di pasaran. Bahkan menembus pasar nasional dan international. Banyak artis dan para pejabat yang menggunakan kain ini dalam berbagai acara di televisi.
Produksi kain rangrang yang dilakukan masyarakat Nusa Penida mendapat cipratan keuntungan. Bahkan produksi yang semula hanya di Desa Tangglad, Pejukutan dan sekitarnya merembet kebeberapa desa lainnya. Bahkan hampir seluruh masyarakat Nusa Penida dari ujung timur sampai barat memproduksi kain rangrang.
Namun dipenghujung tahun 2014 pemasaran rangrang mulai merosot. Bahkan diawal tahun 2015 ini penjualan kain rangrang mulai pada titik nadir. Ini terbukti dirasakan oleh para pengerajin rangrang dibeberapa Desa. I Made Yasa pengerajin kain tenun rangrang dari Dusun Semaya mengungkapkan kini dirinya sudah berhenti memproduksi kain rangrang.
"Saya sekarang tidak lagi menenun kain rangrang karena jarang ada lagi yang mencari kain rangrang. Abah ( sebutan alat tenun bukan mesin) yang saya miliki sudah dimasukkan ke kolong tempat tidur. Kini saya beralih profesi sebagai pedagang.
foto by I Wy.Sukadana

Merosotnya penjualan kain tenun rangrang Nusa Penida juga diakui oleh I Kadek Wiranata, salah satu pengepul kain rangrang di Dusun Batumulapan. "Dulu yang memesan kain tenun rangrang bahkan sampai dari Singapura, kini penjualan merosot drastis. "Banyak kain saya yang menumpuk tidak terjual, ujar Wiranata. Ia pun berharap situasi ini tidak terus terjadi.
Melihat perkembangan kain rangrang seperti itu, Perusahaan Daerah Nusa Kertha Kosala yang kini ikut membantu pengerajin menjual kerajinan Klungkung mencoba mencari penyebabnya. Usut punya usut penyebabnya selain jenuhnya pasar, kain tenun dengan motif tiruan rangrang banyak dijumpai dipasaran.
Disamping itu pula produksi yang besar-besaran dengan ditandai banyak pengerajin baru di Nusa Penida tidak diimbangi dengan permintaan pasar. Artinya suply dan demand tidak seimbang. Ini ditenggarai rangrang kilaunya mulai redup. Menyimak perkembangan kain tenun rangrang 
Seperti itu Perusahaan Daerah Nusa Kertha Kosala ( PDNKK ) mencoba mengambil langkah-langkah. Dengan ikut memasarkan kain rangrang secara online di www.kerajinaklungkung.com .

Hal lain PDNKK mencoba berkoordinasi dengan pihak terkait misalnya Disperindag, UKM dan Koperasi baik di Kabupaten dan Provinsi agar diberikan ruang berpromosi diberbagai kegiatan. Pengembangan menjadi berbagai produk turunan dari kain rangrang kain rangrang misalnya dompet smart phone dan kerajinan klungkung pun dijajaki dengan berbagai pihak. Demikian pula pada Kamis, 26 Maret 2015 Perusahaan Daerah bertemu dengan Kepala Balai Diklat dan Industri Denpasar Paryono.
Didalam diskusi itu Paryono mengatakan bahwa produk kerajinan harus spesifik sehingga sulit ditiru. Di Nusa Penida berdasarkan penelitian bahwa mengkudu disana baik untuk pewarna alami, hanya mengkudu yang tumbuh di pulau Nusa Penida karena tekstur tanahnya. Misalnya mengkudu bisa dijadikan pewarna alami kain rangrang sehingga produk lebih spesifik dan khas.
Selain diskusi tentang hal itu, Paryono juga mengungkapkan bahwa balai diklat industri Denpasar menerima pelatihan bagi pengerajin pemula tetapi menimal 30 orang. Pelatihan bisa mencangkup pelatihan berbagai kerajinan tangan dan pelatihan pembuatan video animasi. Untuk pelatihan membuat animasi bahkan langsung disalurkan pada perusahaan yang bekerjasama dengan BDI. Untuk yang berminat bisa menghubungi balai Diklat Industri di gedung BCIC jl. WR. Supratman no. 302 Tohpati Denpasar Timur.
Untuk memproteksi kain rangrang, PDNKK juga mencoba melakukan diskusi dengan Ayu Dyah Indira salah satu staff Balai Pelestari Budaya khususnya non benda pada 26 Maret 2015 di Renon. Didampingi oleh Iwan Dewantama salah satu penggagas yang telah berhasil menjadikan Gunung Batur dan subak diakui Unesco sebagai warisan Budaya dunia. Pada kesempatan itu disampaikan Ayu Dyah apabila lulus verifikasi, rangrang maupun kerajinan Klungkung lainnya bisa masuk menjadi warisan budaya dunia UNESCO sehingga motif maupun kekhasannya budaya tidak diclaim orang lain. ( Special terimakasihkerajinanklungkung.com Agus KA Widiantara yang telah mefasilitasi dengan BDI, Made Iwan Dewantama dengan Grand Bali Beach, Agus Koriana buat Video, Kdek Ludra Bagus brosur, Ayu Dyah Indira Sentani dll 

By: I Wayan Sukadana

Kamis, 26 Maret 2015

TENUN CEPUK KHAS NUSA PENIDA

           Kain cepuk adalah salah satu ciri khas kain hasil karya tangan masyarakat Nusa penida. Banyak juga kain tenun khas nusa penida seperti rang rang dan tenun agal.  Penghasil tenun cepuk terbesar di Nusa Penida ada di desa Tanglad. Penenun di Desa tanglad dulunya kebanyakan dilakoni oleh para perempuan. Saat ini anak anak umur lima belas tahun juga ikut menenun membantu ibunya. Di Nusa Penida  tenun cepuk  kebanyakan digunakan sebagai kamen untuk sembahyang ke pura. Saat ini kain Cepuk banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Para pegawai baik swasta maupun negeri di Nusa Penida juga menggunakan nya sebagai baju kantor.
Tidak ada yang tau pasti asal mula Tenun ini dan mengapa dinamai Tenun Cepuk. Masyarakat di Desa tanglad dulunya membuat tenun cepuk hanya untuk kamen penutup badan. Maklum untuk membeli baju cukup mahal. Ada dua jenis tenun cepuk berdasarkan jenis kelamin. Tenun cepuk untuk para laki namanya Blekat Putih coraknya warna-warni sedangkan untuk perempuan namanya cepuk Hitam yang keseluruhan berwarnanya hitam. Berdasarkan kualitas benang yang digunakan Tenun cepuk dibedakan menjadi dua.. Tenun cepuk metris yaitu tenun cepuk dengan kualitas benang yang digunakan sangat halus. Tenun cepuk rayon yaitu tenun cepuk dengan kualitas benang biasa. Sekarang ada juga tenun cepuk alam dimana bahan bahan yang digunakan terbuat dari bahan pewarna alami. Warna merah pada benang terbuat dari babakan pole, dari bunga kayu manis dan sebagainya.
foto by gunawan

Pembuatan tenun Cepuk dulunya menggunakan alat sederhana namanya papan cegcegan. Terdiri dari dua buah papan diletakan dua pasang di depan dan alat lainnya saling berangkai dengan rakitan benang. Penenun pinggangnya dijepit apabila mau menenun. Biasanya satu lembar tenun ukuran 200 x 100 cm diselesaikan sampai satu bulan. Waktu yg cukup lama untuk ukuran satu kamen. Motif tenun cepuk sendiri tidak berubah dari dulu sampai sekarang tujuannya untuk mempertahankan chiri khas dari tenun itu sendiri. Perkembangan jaman saat ini juga mempengaruhi alat tenun cepuk. Alat Tenun cepuk saat ini dua kali lebih besar dari ukuran tenun cepuk zaman dulu. Namun kain yang dihasilkan lebih bagus dan pengerjaannya lebih cepat. Dulunya kain ukuran 200 cm x 100 cm diselesaikan dengan waktu satu bulan namun sekarang dengan waktu sehari saja sudah cukup. Pembuatan warna kamen yang diingin kan juga tidak sulit disesuaikan dengan keinginan. Berbagai jenis warna kamen cepuk yang beredar di masyarakat seperti warna merah marun, merah hati, hitam, cokelat, ungu, putih. Untuk harga tenun cepuk sendiri juga berbeda beda berdasarkan kualitas benang yang digunakan. Untuk kualitas benang metris saat ini dipatok dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Untuk kualitas benang rayon dipatok dengan harga tiga ratus rupiah. Benang rayon lebih murah karena kualitas benang nya memang biasa biasa dan cepat memudar. Untuk tenun cepuk alam lebih mahal lagi mencapai 2,5 juta satu kamen nya. Memang harganya cukup pantastik karena segi pengerjaan dan waktu nya cukup lama dan rumit.

Saat ini Kain cepuk sudah banyak digemari orang luar Nusa Penida bahkan sampai mancanegara. Banyak tamu asing datang ke nusa penida hanya untuk membeli kamen Cepuk. Dengan banyak nya peminat tenun cepuk diharapkan dapat menjaga eksistensi nya. Dapat mengangkat citra kain Cepuk sebagai kekayaan asli daerah yang patut dijaga dan diperkenalkan ke seluruh nusantara, bahkan dunia.

Senin, 23 Maret 2015

Welcome

Selamat datang di pusat perbelanjaan Kain Tenun Tradisional Khas Nusa Penida Cepuk dan Rangrang.