Kamis, 02 April 2015

Asal-Usul & Perkembangan Tenun Cepuk Nusa Penida

    Kerajinan kain Tenun Bali sudah terkenal ke seluruh Indonesia bahkan mancanegara, masing-masing kabupaten memiliki motif kain yang unik dan khas seperti yang terdapat di Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kain tenun khas Desa Tanglad ini bernama Kain Tenun Cepuk. Kain Tenun Cepuk merupakan kerajinan khas Desa Tanglad, yang berasal dari nenek moyang dan diwariskan secara turun-temurun. Hingga saat ini, kerajinan kain Tenun Cepuk masih dapat kita jumpai di Desa Tanglad, Desa Karang Gede, dan beberapa desa yang ada di Nusa Penida.
Peralatan Tenun Cepuk Tradisional
Asal usul nama kain Tenun Cepuk itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni ‘Cepuk’ yang berarti Kayu Canging. Kayu Canging merupakan jenis tumbuhan yang cocok digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain tenun. Berdasarkan sejarah tersebut nama kain Tenun Cepuk menjadi brand dari kain tenun khas Desa Tanglad. Keberadaan kain Tenun Cepuk tidak hanya dipakai saat melaksanakan persembahyangan saja, namun kain ini juga dipakai dalam upacara agama tertentu.
Kain Tenun Cepuk terdiri dari beberapa jenis, dan masing-masing jenis tersebut memiliki kegunaan yang berbeda dalam upacara agama, sebagai berikut:Cepuk Ngawis, kain tenun yang dipakai saat upacara pitra yadnya (ngaben). Cepuk Tangi Gede, kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan adiknya meninggal (upacara ngaben). Cepuk Kurung, merupakan kain Cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa. Pada awalnya jenis Tenun Cepuk tersebut digunakan bukanlah sebagai pakaian luar, melainkan digunakan sebagai ‘tapih’ yakni kain yang digunakan sebagai lapisan terdalam sebelum menggunakan pakaian luar. Sangat menarik mengingat kini Tenun Cepuk sangat digemari dengan harga yang tidak murah.
Peralatan Tenun Cepuk Semi Tradisional
Perkembangan jaman juga mempengaruhi tingkat peralatan yang digunakan dalam membuat tenun Cepuk. Dulu orang-orang masih menggunakan alat tenun sederhana yang namanya “Papan Cegcegan”. Diberi nama papan Cegcegan karena menggunakan dua buah papan berbentuk balok yang berlubang di bagian atasny sebagi tempat menaruh benang untuk membuat tenun cepuk. Dan bunyi papan ketika dihentakkan pada saat merapatkan benang sehingga benang satu dan yang lain menyatu. Pada saat ini peralatan tenun Cepuk sudah mulai berkembang, ukuran nya juga lebih besar disbanding dengan tenun yang lama. Tingkat kecepatan dalam menyelesaikan selembar tenun, lebih baik alat tenun semi tradisional. Alat lama membutuhkan waktu lima hari, sedangkan alat Semi Tradisional  hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Dengan ukuran selembar kamen 200 x160 cm. Dari segi kualitas antara alat tradisional dan semi tradional hasilny sama, sesuai dengan kemampuan penenunnya.
Di desa Tanglad saat ini pengerajin Tenun Cepuk hanya membuat dua jenis saja, Yaitu tenun cepuk jenis Alam dan tenun cepuk jenis Kimia. Dinamai Cepuk Alam karena bahan pewarnanya terbuat dari  bahan alam, seperti serat kayu, beberapa dari bunga kayu yang tumbuh liar di nusa penida. Kalau tenun Cepukjenis Kimia memang pewarnanya dari bahan kimia yang dibeli di pasaran.
Untuk harga kedua jenis tenun Cepuk ini memang berbeda. Jenis alam mencapai harga empat juta rupiah per lembarnya sedangkan yang jenis kimia saat ini masih kisaran lima ratus ribu rupiah( bisa kurang/lebih).

By Gunawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar