Minggu, 29 Maret 2015

Penjualan Anjlok, Pengerajin Rangrang Alih Profesi

Rangrang telah menjadi kain tenun khas Nusa Penida. Pada tahun 2013 sampai dengan 2014 kain rangrang mengalami masa jayanya. Penjualan kain dengan berbagai motif rangrang laris manis di pasaran. Bahkan menembus pasar nasional dan international. Banyak artis dan para pejabat yang menggunakan kain ini dalam berbagai acara di televisi.
Produksi kain rangrang yang dilakukan masyarakat Nusa Penida mendapat cipratan keuntungan. Bahkan produksi yang semula hanya di Desa Tangglad, Pejukutan dan sekitarnya merembet kebeberapa desa lainnya. Bahkan hampir seluruh masyarakat Nusa Penida dari ujung timur sampai barat memproduksi kain rangrang.
Namun dipenghujung tahun 2014 pemasaran rangrang mulai merosot. Bahkan diawal tahun 2015 ini penjualan kain rangrang mulai pada titik nadir. Ini terbukti dirasakan oleh para pengerajin rangrang dibeberapa Desa. I Made Yasa pengerajin kain tenun rangrang dari Dusun Semaya mengungkapkan kini dirinya sudah berhenti memproduksi kain rangrang.
"Saya sekarang tidak lagi menenun kain rangrang karena jarang ada lagi yang mencari kain rangrang. Abah ( sebutan alat tenun bukan mesin) yang saya miliki sudah dimasukkan ke kolong tempat tidur. Kini saya beralih profesi sebagai pedagang.
foto by I Wy.Sukadana

Merosotnya penjualan kain tenun rangrang Nusa Penida juga diakui oleh I Kadek Wiranata, salah satu pengepul kain rangrang di Dusun Batumulapan. "Dulu yang memesan kain tenun rangrang bahkan sampai dari Singapura, kini penjualan merosot drastis. "Banyak kain saya yang menumpuk tidak terjual, ujar Wiranata. Ia pun berharap situasi ini tidak terus terjadi.
Melihat perkembangan kain rangrang seperti itu, Perusahaan Daerah Nusa Kertha Kosala yang kini ikut membantu pengerajin menjual kerajinan Klungkung mencoba mencari penyebabnya. Usut punya usut penyebabnya selain jenuhnya pasar, kain tenun dengan motif tiruan rangrang banyak dijumpai dipasaran.
Disamping itu pula produksi yang besar-besaran dengan ditandai banyak pengerajin baru di Nusa Penida tidak diimbangi dengan permintaan pasar. Artinya suply dan demand tidak seimbang. Ini ditenggarai rangrang kilaunya mulai redup. Menyimak perkembangan kain tenun rangrang 
Seperti itu Perusahaan Daerah Nusa Kertha Kosala ( PDNKK ) mencoba mengambil langkah-langkah. Dengan ikut memasarkan kain rangrang secara online di www.kerajinaklungkung.com .

Hal lain PDNKK mencoba berkoordinasi dengan pihak terkait misalnya Disperindag, UKM dan Koperasi baik di Kabupaten dan Provinsi agar diberikan ruang berpromosi diberbagai kegiatan. Pengembangan menjadi berbagai produk turunan dari kain rangrang kain rangrang misalnya dompet smart phone dan kerajinan klungkung pun dijajaki dengan berbagai pihak. Demikian pula pada Kamis, 26 Maret 2015 Perusahaan Daerah bertemu dengan Kepala Balai Diklat dan Industri Denpasar Paryono.
Didalam diskusi itu Paryono mengatakan bahwa produk kerajinan harus spesifik sehingga sulit ditiru. Di Nusa Penida berdasarkan penelitian bahwa mengkudu disana baik untuk pewarna alami, hanya mengkudu yang tumbuh di pulau Nusa Penida karena tekstur tanahnya. Misalnya mengkudu bisa dijadikan pewarna alami kain rangrang sehingga produk lebih spesifik dan khas.
Selain diskusi tentang hal itu, Paryono juga mengungkapkan bahwa balai diklat industri Denpasar menerima pelatihan bagi pengerajin pemula tetapi menimal 30 orang. Pelatihan bisa mencangkup pelatihan berbagai kerajinan tangan dan pelatihan pembuatan video animasi. Untuk pelatihan membuat animasi bahkan langsung disalurkan pada perusahaan yang bekerjasama dengan BDI. Untuk yang berminat bisa menghubungi balai Diklat Industri di gedung BCIC jl. WR. Supratman no. 302 Tohpati Denpasar Timur.
Untuk memproteksi kain rangrang, PDNKK juga mencoba melakukan diskusi dengan Ayu Dyah Indira salah satu staff Balai Pelestari Budaya khususnya non benda pada 26 Maret 2015 di Renon. Didampingi oleh Iwan Dewantama salah satu penggagas yang telah berhasil menjadikan Gunung Batur dan subak diakui Unesco sebagai warisan Budaya dunia. Pada kesempatan itu disampaikan Ayu Dyah apabila lulus verifikasi, rangrang maupun kerajinan Klungkung lainnya bisa masuk menjadi warisan budaya dunia UNESCO sehingga motif maupun kekhasannya budaya tidak diclaim orang lain. ( Special terimakasihkerajinanklungkung.com Agus KA Widiantara yang telah mefasilitasi dengan BDI, Made Iwan Dewantama dengan Grand Bali Beach, Agus Koriana buat Video, Kdek Ludra Bagus brosur, Ayu Dyah Indira Sentani dll 

By: I Wayan Sukadana

Kamis, 26 Maret 2015

TENUN CEPUK KHAS NUSA PENIDA

           Kain cepuk adalah salah satu ciri khas kain hasil karya tangan masyarakat Nusa penida. Banyak juga kain tenun khas nusa penida seperti rang rang dan tenun agal.  Penghasil tenun cepuk terbesar di Nusa Penida ada di desa Tanglad. Penenun di Desa tanglad dulunya kebanyakan dilakoni oleh para perempuan. Saat ini anak anak umur lima belas tahun juga ikut menenun membantu ibunya. Di Nusa Penida  tenun cepuk  kebanyakan digunakan sebagai kamen untuk sembahyang ke pura. Saat ini kain Cepuk banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Para pegawai baik swasta maupun negeri di Nusa Penida juga menggunakan nya sebagai baju kantor.
Tidak ada yang tau pasti asal mula Tenun ini dan mengapa dinamai Tenun Cepuk. Masyarakat di Desa tanglad dulunya membuat tenun cepuk hanya untuk kamen penutup badan. Maklum untuk membeli baju cukup mahal. Ada dua jenis tenun cepuk berdasarkan jenis kelamin. Tenun cepuk untuk para laki namanya Blekat Putih coraknya warna-warni sedangkan untuk perempuan namanya cepuk Hitam yang keseluruhan berwarnanya hitam. Berdasarkan kualitas benang yang digunakan Tenun cepuk dibedakan menjadi dua.. Tenun cepuk metris yaitu tenun cepuk dengan kualitas benang yang digunakan sangat halus. Tenun cepuk rayon yaitu tenun cepuk dengan kualitas benang biasa. Sekarang ada juga tenun cepuk alam dimana bahan bahan yang digunakan terbuat dari bahan pewarna alami. Warna merah pada benang terbuat dari babakan pole, dari bunga kayu manis dan sebagainya.
foto by gunawan

Pembuatan tenun Cepuk dulunya menggunakan alat sederhana namanya papan cegcegan. Terdiri dari dua buah papan diletakan dua pasang di depan dan alat lainnya saling berangkai dengan rakitan benang. Penenun pinggangnya dijepit apabila mau menenun. Biasanya satu lembar tenun ukuran 200 x 100 cm diselesaikan sampai satu bulan. Waktu yg cukup lama untuk ukuran satu kamen. Motif tenun cepuk sendiri tidak berubah dari dulu sampai sekarang tujuannya untuk mempertahankan chiri khas dari tenun itu sendiri. Perkembangan jaman saat ini juga mempengaruhi alat tenun cepuk. Alat Tenun cepuk saat ini dua kali lebih besar dari ukuran tenun cepuk zaman dulu. Namun kain yang dihasilkan lebih bagus dan pengerjaannya lebih cepat. Dulunya kain ukuran 200 cm x 100 cm diselesaikan dengan waktu satu bulan namun sekarang dengan waktu sehari saja sudah cukup. Pembuatan warna kamen yang diingin kan juga tidak sulit disesuaikan dengan keinginan. Berbagai jenis warna kamen cepuk yang beredar di masyarakat seperti warna merah marun, merah hati, hitam, cokelat, ungu, putih. Untuk harga tenun cepuk sendiri juga berbeda beda berdasarkan kualitas benang yang digunakan. Untuk kualitas benang metris saat ini dipatok dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Untuk kualitas benang rayon dipatok dengan harga tiga ratus rupiah. Benang rayon lebih murah karena kualitas benang nya memang biasa biasa dan cepat memudar. Untuk tenun cepuk alam lebih mahal lagi mencapai 2,5 juta satu kamen nya. Memang harganya cukup pantastik karena segi pengerjaan dan waktu nya cukup lama dan rumit.

Saat ini Kain cepuk sudah banyak digemari orang luar Nusa Penida bahkan sampai mancanegara. Banyak tamu asing datang ke nusa penida hanya untuk membeli kamen Cepuk. Dengan banyak nya peminat tenun cepuk diharapkan dapat menjaga eksistensi nya. Dapat mengangkat citra kain Cepuk sebagai kekayaan asli daerah yang patut dijaga dan diperkenalkan ke seluruh nusantara, bahkan dunia.

Senin, 23 Maret 2015

Welcome

Selamat datang di pusat perbelanjaan Kain Tenun Tradisional Khas Nusa Penida Cepuk dan Rangrang.